Kebudayaan Suku Sunda
ILMU
BUDAYA DASAR
“Kebudayaan
Suku Sunda”
Nama : Acep Dadan
Ramadhan
NPM
: 10315051
Kelas
: 1TA04
Jurusan
: Teknik Sipil
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai
macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu
bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
B. Maksud dan Tujuan
Karena menjaga, memelihara dan
melestarikan kebubayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam
realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan Suku Sunda
yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan tradisional Jawa
Barat/Sunda. Penyusunan makalan yang berjudul Budaya Suku sunda ini bertujuan
agar pembaca mengetahui bahwa suku sunda merupakan suku yang kaya akan budaya
serta menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan
kewajiban dari setiap orang
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa
Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya
(majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal
manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi
dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan,
sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan=cultuur (bahasa belanda)=culture (bahasa
inggris)=tsaqafah (bahasa arab), berasal dari perkataan latin : “colere” yang
artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
“segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan
budaya itu diartikan sama (Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD
dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea
tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan
budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :
- Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
- Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung
pengertian luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat
(Taylor, 1897:19).
Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku
mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan
oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari
kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi,
pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama
keterikatan terhadap nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah
bersifat universal, dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek,
arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah suatu yang berharga atau baik
(Bakker, 1984:21).
- Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah
budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni
alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
- Koentjaraningrat
Mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar serta
keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
- A.L. Kroeber dan C.Kluckhohn (1952:34)
Dalam bukunyan Culture, a critical review of concepts
and definitions mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan
kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
- Malinowski
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada
prinsipnya berdasarkan atas berbagai system kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi
kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa
perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga
kemasyarakatan.
- E.B Taylor (1873:30) dalam bukunya Primitive Culture kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil
buah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Hasil buah budi (budaya)
manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 macam :
- Kebudayaan material (lahir), yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya : rumah, gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin, pakaian dan sebagainya.
- Kebudayaan immaterial (spiritual=batin), yaitu : kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Suku Sunda adalah
kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup
wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis
kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia
merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku
Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.
Jati diri yang mempersatukan
orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda
dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani.
Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara
sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara
yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke-15 dengan
orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian
Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan
pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI.
Pandangan Hidup
Selain agama yang
dijadikan pandangan hidup, orang Sunda juga mempunyai pandangan hidup yang
diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak bertentangan
dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga
dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam. Pandangan hidup orang
Sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat diamati pada ungkapan
tradisional sebagai berikut:
"Hana
nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu
ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana
tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna."
Artinya: Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan
ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam
takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak
akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.[4]
Ungkapan tradisional
tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato HUT Proklamasi 1996: “Janganlah
melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali
untuk menjadi kaca bengala daripada masa yang akan datang.”
Hubungan antara sesama manusia
Hubungan antara manusia dengan
sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap “silih
asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling
mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana
kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian,
ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut
ini:
- Kawas gula eujeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
- Ulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
- Ulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
- Ulah nyolok panon buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
- Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya
Hubungan
antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang
Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum, membela
negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum yang
berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga keadaan,
dan menjaga solidaritas sosial dalam masyarakat. Masalah ini dalam masyarakat
Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan:
- Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.
- Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (bersama-sama dalam suka dan duka).
- Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun)
Sistem Kepercayaan
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya
sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang
tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.
Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya
seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam
semesta.Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan
keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong
royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung
Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang
Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam
dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut
Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar
Baik kepada mereka.
Mata Penceharian
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan
tidak suka merantau atauhidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya.
Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut
data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa
miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber
daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang
berupa pendidikan, pembinaan, dll.
KESENIAN
Kirap Helaran
Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu
jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan
arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara
khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian,
kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya. Seperti yang
diikuti ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa
arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini
yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot
Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak,
kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
Karya Sastra
Di bawah ini disajikan daftar karya sastra dalam
bahasa Jawa yang berasal dari daerah kebudayaan Sunda. Daftar ini tidak
lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam bahasa Jawa
namun berasal dari daerah Sunda,
- Babad Cerbon
- Cariosan Prabu Siliwangi
- Carita Ratu Galuh
- Carita Purwaka Caruban Nagari
- Carita Waruga Guru
- Kitab Waruga Jagat
- Layang Syekh Gawaran
- Pustaka Raja Purwa
- Sajarah Banten
- Suluk Wuyung Aya
- Wahosan Tumpawarang
- Wawacan Angling Darma
- Wawacan Syekh Baginda Mardan
- Kitab Pramayoga/jipta Sara
Pencak Silat Cikalong
Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar,
penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan
diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat
melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
SENI TARI
a. Tari Jaipongan
b. Tari Merak
c. Tari Topeng
Seni Musik dan Suara
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan
seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang
membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini
biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat
menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup
sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu
daerah Sunda :
- Bubuy Bulan
- Es Lilin
- Manuk Dadali
- Tokecang
- Warung Pojok
Wayang Golek
Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka
tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah
pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang
sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang
memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya
Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan
Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan
atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari
(biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan
kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh
budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh
dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada
‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan
Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena
mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan
sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan
tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
ALAT MUSIK
1. Calung adalah
alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan
angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah
dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang
tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis
bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun
ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
2. Angklung
adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang
ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau
tradisional
3. Ketuk Tilu Ketuk
Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan
atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan
tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara
sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh
karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan
yang jarang kegiatan hiburan.
4. Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni “Terbang” dan
“Ronggeng”. Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan
“Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana.
Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil.
5. Renggong Rengkong
adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat
Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang
pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian
ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi
sampai dengan menuainya
6. KUDA RENGGONG Kuda
Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat
di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor
kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung
kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria,
bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai
kain serta selop.
7. KECAPI SULING Kacapi
Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan
Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi
oleh mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas
Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
Sistem Kekerabatan
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental,
garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda,
ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan
peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh
sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki
yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan
vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau
janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara
yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau
uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara
yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan
anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal
pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang
maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa
Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa
Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat
komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung
kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari
budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang
merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Masalah pendidikan dan teknologi di dalam masyarakat
suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari
pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan
pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi
dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni “Dengan Iman
dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan
Ibukota Negara Tahun 2010” merupakan kehendak, harapan, komitmen yang menjadi
arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan
pembangunannya.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian
yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa
Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi
pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan
adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk
senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks
ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya
dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam
adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini,
filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap
rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung
makna sehat jasmani dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun,
ramah, bertata krama. Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter,
memiliki ilmu pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai
sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur,
bageur, bener, pinter, tur singer tersebut, ditempuh pendekatan social
cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir
peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan pendidikan yang
digulirkan pemerintah
ADAT ISTIADAT
Upacara adat Perkawinan Suku Sunda
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai
yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
- Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis.
- Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan keabadian.
- Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
- Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
- Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
- Dipimpin pengeuyeuk.
- Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya.
- Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
- Disawer beras, agar hidup sejahtera.
- dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
- Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
- Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.
- Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria).
- Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai taulan.
- Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
- Upacara Prosesi Pernikahan
- Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
- Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
- Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
- Sungkeman,
- Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
- Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
- Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
- Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.
Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan
tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah
kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan
Masalah Sosial Dalam Masyarakat Suku
Sunda
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan suku
bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan dengan kebudayaan
Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk kebudayaan yang berusia
relatif lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan terhadap budaya tulis.
“Kegemilangan” kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya semasa Kerajaan
Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian seringkali
dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda. Dalam
perkembangannya kebudayaan Sunda kini seperti sedang kehilangan ruhnya
kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang,
serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda, terutama
dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari
luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu
menggembirakan. Bahkan, kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup
manakala berhadapan dengan tantangan dari luar. Akibatnya, tidaklah
mengherankan bila semakin lama semakin banyak unsur kebudayaan Sunda yang
tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh paling jelas, bahasa Sunda yang
merupakan bahasa komunitas orang Sunda tampak semakin jarang digunakan oleh
pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda Sunda. Lebih memprihatinkan
lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari terkadang
diidentikkan dengan “keterbelakangan”, untuk tidak mengatakan primitif.
Akibatnya, timbul rasa gengsi pada orang Sunda untuk menggunakan bahasa Sunda dalam
pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa “gengsi” ini terkadang ditemukan pula
pada mereka yang sebenarnya merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk
untuk sekadar mengakui bahwa dirinya adalah pakar atau berlatar belakang
keahlian di bidang bahasa Sunda.
Adanya kondisi yang menunjukkan lemahnya daya hidup
dan mutu hidup kebudayaan Sunda disebabkan karena ketidakjelasan strategi dalam
mengembangkan kebudayaan Sunda serta lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan
(baca, berbeda pendapat) di kalangan komunitas Sunda. Ketidakjelasan strategi
kebudayaan yang benar dan tahan uji dalam mengembangkan kebudayaan Sunda tampak
dari tidak adanya “pegangan bersama” yang lahir dari suatu proses yang
mengedepankan prinsip-prinsip keadilan tentang upaya melestarikan dan
mengembangkan secara lebih berkualitas kebudayaan Sunda. Apalagi jika kita
menengok sekarang ini kebudayaan Sunda dihadapkan pada pengaruh budaya luar.
Jika kita tidak pandai- pandai dalam memanajemen masuknya budaya luar maka
kebudayaan Sunda ini lama kelamaan akan luntur bersama waktu.
Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya sangat
potensial untuk dikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan nasional
dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai. Ambillah
contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki orang Sunda, mulai
dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang,
opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk
mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang
lebih luas. Lemahnya budaya baca, tulis, dan lisan ditengarai juga menjadi
penyebab lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda. Lemahnya budaya
baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. Lemahnya budaya tulis pada
komunitas Sunda secara tidak langsung merupakan representasi pula dari lemahnya
budaya tulis dari bangsa Indonesia. Fakta paling menonjol dari semua ini adalah
minimnya karya-karya tulis tentang kebudayaan Sunda ataupun karya tulis yang
ditulis oleh orang Sunda
Sistem Intraksi Dalam Suku Sunda
Jalinan hubungan antara individu- individu dalam
masyarakat suku Sunda dalam kehidupan sehari- hari berjalan relatif positif.
Apalagi masyarakat Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini terbukti banyak
pendatang tamu tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini, termasuk yang
enggan kembali ke tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak sekali sektor kegiatan
strategis yang didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah fakta yang
menunjukkan bahwa orang Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepada kaum
pendatang dan tamu.
Diakui pula oleh etnik lainnya di negeri ini bahwa
sebagian besar masyarakat Sunda memang telah menjalin hubungan yang harmonis
dan bermakna dengan kaum pendatang dan mukimin. Hal ini ditandai oleh hubungan
mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah mengherankan bahwa
persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam
kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum pendatang. Hubungan urang
Sunda dengan kaum pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa
pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui
komunikasi yang efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
kesalahpahaman dan konflik antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum
pendatang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi penyebab
utamanya adalah komunikasi dari posisi-posisi yang terpolarisasikan, yakni
ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius menganggap pandangan sendiri
salah dan pendapat orang lain benar.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati,
gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik),
bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, cara duduk, dan aktivitas-aktivitas
lain yang dilakukan akan turut memengaruhi berhasil tidaknya komunikasi
antarbudaya dengan orang Sunda. Pada akhirnya, di balik kearifan, sifat ramah,
dan baik hati orang Sunda, sebenarnya masih sangat kental sehingga halini
menjadi penunjang di dalamterjalinnya system interaksi yang berjalan harmonis.
Stratifukasi Suku Sunda
Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda,
mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung
pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan,
seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari
keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat yang lebih
luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat banyak
dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader”
yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan
keagamaan. Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan
sebagai kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di
dalam proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat yang demikian sebagai masyarakat suku atau
agraris.
Perbedaan status di antara kelompok elite dengan
masyarakat umum dapat terjadi berdasarkan status kedudukan, pendidikan,
ekonomi, prestige sosial dan kuasa. Robert Wessing, yang telah meneliti
masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok
“in group” dan “out group” dalam
struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanya sebagai “in group” sedang
di luar status mereka dipandang sebagai “out group.
W.M.F. Hofsteede, dalam disertasinya Decision-making
Process in Four West Java Villages (1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi
masyarakat ke dalam kelompok elite dan massa. Elite setempat terdiri dari
lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat, guru, tokoh-tokoh politik, agama dan
petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah, buruh tani, serta pedagang
kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders, yaitu mereka yang
tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh di desa tersebut,
dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh desa.
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan
kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat
penting. Hal itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi
setiap tingkat hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut,
aki, bapa, anak, incu) maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur,
dulur misan, besan), melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiban dan
kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini, buyut, bao menempati kedudukan
lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan (pancakaki) daripada anak,
incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak) lebih tinggi dari adi
(adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan kekerabatan
seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur
kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga
menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta
menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggota-anggotanya
guna membentuk keluarga inti baru.
Pancakaki dapat pula
digunakan sebagai media pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan
yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat pancakaki-nya
hendaknya dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama dan lebih
rendah derajat pancakaki-nya.
Sistem Politik
Istilah kepala desa di beberapa tempat di Sunda
berbeda- beda, misalnya di desa Bojongloa dikenal dengan kuwu, yang bertugas
mengurus kepentingan warga desa. Kuwu dipilih oleh rakyat. Dalam menjalankan
tugas kuwu dibantu oleh:
- seorang juru tulis, bertugas mengurusi pajak dan memelihara arsip;
- tiga orang kokolot, bertugas menjalankan perintah/ menyampaikan pengaduan rakyat kepada pamong desa;
- seorang kulisi, bertugas menjaga keamanan desa;
- seorang ulu-ulu, bertugas mengatur pembagian air irigasi;
- seorang amil, pertugas mengurusi kematian, kelahiran, rujuk, dan nikah;
- tiga pembina desa yang terdiri atas satu orang kepolisian dan dua orang dari angkatan darat.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada
di Jawa. Suku Sunda memiliki kharakteristik yang unik yang membedakannya dengan
masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin dari kebudayaan yang
dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat istiadat, mata
pencaharian, dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang dimiliki suku Sunda ini menjadi salah
satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga
kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Sunda ini diharapkan dapat lebih
mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Sunda tersebut dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat
dalam dunia kependidikan.
DAFTAR
PUSTAKA

Komentar
Posting Komentar