Manusia Dan Harapan
ILMU BUDAYA
DASAR
Acep Dadan Ramadhan
10315051
1TA04
Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan. Misalnya, Rio yang hanya mampu membeli sepeda, tidak mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orangitu seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapannya terwujud, maka selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau tidak boleh bosan berdoa. Hal ini disebabkan karena antara harapan dan kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan juga pasti mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME. Karena itu wajarlah kalau harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil seni seperti: seni sastra, senipatung, seni film, seni lukis, seni musik, filsafat yang lahir dari kandungan harapan dan kepercayaan.
Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan di utamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatu harapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai harapan. Dengan terbahasnya masalah kehidupan manusia ini, diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga mempunyai persepsi, penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia yang tertuang dalam hasil budaya. Dengan melalui hasil budaya bangsa diharapkan pula kita akan dapat memahami dan menghayati tingkah laku, norma-norma social dan nilai-nilai yang terkandung dalam hasil budaya itu, sehingga kita akan lebih manusiawi sebagai salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya.
B.Pembatasan
Masalah.
Pembatasan
masalah meliputi : definisi harapan,harapan sebagai fenomena
nasional,kepercayaan,manusia dan harapan,nilai – nilai budaya sebagai tolak
ukur dan harapan terakhir.
C.Rumusan
Masalah
Berdasarkan pembatassan masalah
diatas,kami menerangkan beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain :
1. Pengertian dan makna harapan.
2. Harapan sebagai fenomena nasional.
3. Kepercayaan.
4. Manusia dan harapan.
5. Harapan terakhir.
BAB II
MANUSIA DAN
HARAPAN
A.
Pengertian Harapan
Harapan
berasal dari kata harap,artinya keinginan supaya sesuatu terjadi.Yang mempunyai
harapan atau keinginan itu hati.Putus harapan berarti putus asa.
Contoh :
a).Budi seorang mahasiswa universitas terbuka,Ia
belajar rajin dengan
harapan didalam ujian semester memperoleh nilai A.1
Dari contoh diatas terlihat apa yang diharapkan Budi
ialah terjadinya buah keinginan,karena itu Budi bekerja keras.Budi belajar tak
kenal waktu dengan satu keyakinan bahwa apa yang diharapkan akan terwujud.Untuk
mewujudkan harapan harus disertai dengan usaha.Meskipun sudah berusaha keras
kadang – kadang harapan itu belum tentu terwujud..Apakah Budi sudah pasti
mendapat nilai A ? belum tentu.Tuhanlah yang menentukan,manusia sekedar
berusaha.
Harapan artinya keinginan yang belum terwujud.Setiap
orang mempunyai harapan.Tanpa harapan manusia tidak ada artinya.Manusia yang
tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan.
Dalam diri manusia ada dorongan,yakni dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup.Dorongan kodrat itu ialah
menangis,tertawa,berpikir,bercinta,berkata,mempunyai keturunan,dsb.
Kebutuhan hidup adalah kebutuhan jasmani dan
rohani.Kebutuhan jasmani ialah pangan,sandang dan papan sedangkan kebutuhan
rohani meliputi kebahagiaan,kesejahteraan,kepuasan hiburan,dsb.
1)Drs.H.Ahmad Mustofa,Ilmu Budaya Dasar(Bandung : Pustaka Setia,1999)h.170.
Sehubungan
dengan kebutuhan manusia,Abraham Maslow mengategorikan kebutuhan manusia
menjadi lima macam,yang merupakan lima harapan manusia ialah :
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
(survival)
2. Harapan untuk mendapatkan keamanan (safety)
3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk
mencintai dan dicintai
(beloving
and love)
4. Harapan memperoleh status atau untuk
diterima/diakui lingkungan
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita–cita
(self actualization)
B. Harapan
Sebagai Fenomena Nasional
Harapan dalam satu dan lain hal bisa
disebut sebagai fenomena yang universal sifatnya.Artinya harapanadalah sesuatu
yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun juga.Ini berarti setiap
manusia,tidak peduli latar belakangnya,mempunyai keinginan untuk terpenuhinya
segala harapan yang ada pada dirinya.Dan begitu menggejalanya harapan tersebut
sampai-sampai orang yang akan meninggalpun tetap menaruh harapan-harapan
tertentu,dengan meninggalkan pesan-pesan,baik secara lisan atau melalui surat
wasiat kepada ahli waris yang ditinggalkan.
Tentang
keinginan dan kebutuhan manusia sudah banyak ahlinya yang mengupasnya.Salah
satu pendapatmengatakan bahwa keinginan itu tidak lain merupakan bentuk lain
dari kehendak manusia yang begitu kuat. Tegasnya harapan yang sangat mendalam
akan menimbulkan apa yang disebut emosi.Itulah mengapa kadang-kadang harapan
seseorang sekaligus bisa mempengaruhi emosi yang bersangkutan.
Dan
bukanlah satu hal yang berlebihan kalau dikatakan bahwa kepribadian massa yang
berbentuk dalam situasi semacam itu sekaligus didorong oleh nalurinya.Dalam
pandangan banyak ahli psikologi,dorongan naluri semacam itu hanyalah salah satu
dari dorongan naluri yang bisa berkembang dalam diri setiap manusia.Diluar itu
masih banyak lagi dorongan naluri seperti : dorongan untuk mempertahankan
hidup,dorongan sex,dorongan untuk mencari makan,dorongan untuk bergaul dengan
sesamanya,dorongan untuk berbakti, dorongan untuk meniru,dan ada juga dorongan
untuk menikmati keindahan.
Mengutip
pandangan A.F.C.Wallace dalam bukunya culture and personality,Mas Aboe Dhari
menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur
kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak,harapan,keinginan,dan emosi
seseorang.
C.KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata
percaya,artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.Kepercayaan adalah
hal-hal yangberhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran.Kepercayaan juga mengikat seseorang,sehingga dengan yakin melakukan
hal yang di percayainya tanpa ragu.Ada ucapan yang sering kita dengar :
1.Ia tidak pecaya pada diri sendiri.
2.Bagaimanapun juga kita harus percaya kepada
pemerintah.
3.Kita harus percaya akan nasihat-nasihat kiai karena
nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran Alqur’an dan sebagainya.
Dengan
contoh bebagai kalimat diatas jelaslah bahwa dasarkepercayaan adalah kebenaran.
Kebenaran
pengetahuan yang didasarkan atas oarang lain itu disebabkan karena orang lain
itu dapat dipercaya.Yang diselidiki bukan lagi masalah orang yang diberitahukan
itu dapat dipercaya atau tidak.Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas
kewibawaanya disebut kepercayaan.
Dalam
beragama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan,artinya
diberitahukan langsung oleh Tuhan atau secara tidak langsung kepada
manusia.Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama
itu.Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.Keyakinan itulah yang harus
dihormati,hak atas keyakinan pribadi
merupakan dasar dan penghargaan diri dari semua orang seagama dengan
dia,disebut toleransi.
Sebelum
kita berbicara lebih jauh alangkah baiknya kita mengetahui apa itu
kebenaran.Menurut Poejawiyatna didalam bukunya Filsafat Tingkah Laku,merupakan cita-cita orang yang tahu.Tidak ada
seseorang yang suka pada kekeliruan,itu nyata dalam usaha ilmu untuk mencapai
kebenaran.
Orang
yang tahu sebenarnya menyatakan sesuatu terhadap sesuatu.Oleh karena tahu akan
sesuatu terhadap sesuatu maka secara mental akan memunculkan keputusan.Karena
putusan merupakan hasil dari tahu akan sesuatu terhadap sesuatu maka haruslah
diucapkan atau diakatakan baik melalui lisan maupun tulisan ataupun dengan
perantara.Mungkin putusan itu hanya terpendam dalam hati saja(seperti halnya
bahwa budi dan kehendak ialah dasar kemanusiaan.Itulah sebabnya manusia selalu
memilih tindakan yang menurut keyakinannya baik dan benar).Kalau putusan itu dikatakan maka pernyataan itu
haruslah benar karena sebagai alat komunikasi,putusan ini menunjuk maksud.
Persesuaian
antara putusan dan keyakinan disebut kebenaran etis.Kebenaran etis disebut juga
kebenaran subjektif dan kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif.
Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkanya :
Didunia
ini ada berbagai kepercayaan,tetapi semua kepercayaan harus berdasar pada
kebenaran dan sumber kebenaran berasal dari manusia, sesuai dengan
contoh-contoh diatas sehingga dalam hal ini kepercayaan dapat dibedakan atas:
1.Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan
pada diri sendiri perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia karena pada
hakikatnya percaya pada diri sendiri adalah percaya pada Tuhan yang maha
esa.Percaya pada diri sendiri adalah menganggap diri tidak salah,dirinya mampu
mengerjakan apa yang yang diserahkan atau dipercayakan.Contoh :
·
Wibisana,adik
Rahwana berkhianat kepada kakaknya dan bergabung dengan musuh kakaknya yaitu
Rama karena ia percaya bahwa dirinya benar.Ia memihak kepada kebenaran dan
kakaknya dianggap dipihak yang salah.
2.Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan
kepada orang lain bisa berupa percaya kepada saudara,guru,orangtua atau siapa
saja.Kepercayaan ini sudah tentu karena percaya kepada kata hatinya.Adasebuah
pepatah mengatakan “orng itu dipercaya karena ucapannya”.Misal orang berjanji
sesuatu itu dipenuhi,meskipun janji itu tidak didengar orang lain.Contoh :
·
Nyi Ratu
kalinyamat bertapa telanjang hanya berkainkan rambut(tapa wudha sinjang
rikma),karena menginginkan kematian pangeran jipang,arya penangsang.Ia akan
berhenti bertapa,bila penangsang sudah terbunuh.Akhirnya arya penangsang dapat
dibunuh oleh suta wijaya(putra angkat sultan Pajang).
3.Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan
pandangan teokratisa menurut buku Etika,Filsafat
Tingkah Laku karya Prof.I.R.Poejawiyatna,negara berasal dari Tuhan.Tuhan
langsung memerintah dan mmemimpin langsung bangsa manusia,semua pengemban
kewibawaan,terutama pengemban tertinggi yaitu raja langsung dikarunial
kewibawaan oleh Tuhan.
Pandangan
demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat ,(kewibawaan pun
milik rakyat.Rakyat adalah negara,rakyat itu menjelma pada negara.Satu-satunya
realitas adalah negara).
Pandangan demokratis yang lain ialah tidak menyamakan
rakyat dengan negara,tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya,pun
sumber kedaulatan dan segala
hak(J.J.Rousseau).Apa yang menjadi kehendak rakyat adalah hak itulah yang
disebut kedaulatan mutlak(republik).
4.Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan
kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting,karena keberadaan manusia itu
bukan ada dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan.Kepercayaanitu amat
penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya.Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan
daripadanya manusia harus percaya kepada Tuhan,sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia.Pengukuhan iman (Kepercayaan),bahwa adanya zat itu merupakan
kebenaran mutlak.Perwujudannya terdapat dalam ikrar yang lisan yang dibenarkan
dengan hati dan dan dilaksanakan dalam perbuatan(affirmation).
Berbagai
usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha
itu antara lain :
·
Meningkatkan
ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
·
Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat (ambek paramartha).
·
Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia manusia dengan jalan suka
menolong,dermawan dan sebagainya.
·
Mengurangi
nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
·
Menekan
perasaan negatif seperti iri,dengki,fitnah dan sebagainya.
D. MANUSIA DAN HARAPAN
Kita
ingat akan ibarat demikian,”manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum
ajal”.Artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan
itu tidak ubahnya seperti orang mati.Jadi harapn itu sifatnya
manusiawi,dimiliki oleh siapapun dan dari golongan manapun.Bila ditinjau dari
wujudnya dapat dikatakan tidak
terhinngaa ,namun bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu ialah hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam
hubungan dengan pendidikan moral,untuk mewujudkan “harapan” itu sebagai berikut
:
1.Harapan seperti apa yang baik;
2.Bagaimana caranya mencapai harapan itu;
3.Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Sebab
sering kita saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak-anaknya
agar menjadi seseorang yang memiliki jabatan atau pangkat yang tinggi.Menurut
dugaannya bahwa semua pangkat,jabatan yang tinggi mamapu mamberikan
kebahagiaan.Padahal belum tentu demikian.Bila kita ingat dengan kehidupan itu
tidak hanya didunia saja,namun di akhirat,maka sudah selayaknya “harapan ”
untuk hidup bahagia dikedua tempat itu sudah kita niati.
Orang
yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya cenderung mudah sekali terseret
kejalan yang kurangbaik .Tidak jarang lalu menghalalkan cara untuk mendapatkan
kekayaan tersebut,tidak perduli itu teman atau lawan yang terpenting harapannya
tercapai.akhirnya bila sudah kaya semata mata semuanya itu hanya untuk
memuaskan kehendaknya,memuakan hawa nafsunya.karena kepuasannya dilandasi
dengan hawa nafsu maka selamanay tidak akan puas.Dan akhirnya yang didapat
bukanlah suatu kebahagiaan bila harapannya tidak tercapai namun suatu yang
selalu meresahkan hatinya karena kehendaknya tidak terpenuhi.
Tetapi
lain halnya dengan orang yang menyadari sepnuhnya bahwa apa yang ada pada
dirinya hanyalah titipan Tuhan,yang penggunaannya pun harus sesuai dengan
kehendak-Nya.Maka orang itu orang itu tidak akan pernah risau banyak atau
sedikit yang didapat maka ia akan mengeluarkannya dengan ikhlas untuk
kepentingan yang disenangi oleh Tuhan seperti :membayar
zakat,berkurban,membantu pembangunan masjid,memlihara anak yatim dan
sebagainya.Seandainya harapannya belum berhasil atau tercapai ia akan tetap
bersabar tanpa mengurangi usahanya, sebab ia yakin Tuhan tidak akan mengubah
nasibnya bila ia sendiri tak mau berusaha kearah perubahan itu.Bila harapannya
berhasil maka ia akan meningkatkan rasa syukurnya namun jika belum berhasil ia
akan tetap bersabar dan bertawakal.
Berharap
hari esok lebih baik daripada hari ini memang hak dan kewajiban kita.Namun kita
harus selalu sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.Yang penting
marilah kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad SAW : “Berusahalah untuk urusan
duniamu seolah olah kamu akan hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk urusan
akhiratmu seolah olah kamu akan mati esok pagi.”2
2)Joko
Widhagdo,Ilmu Budaya Dasar(Jakarta
:Bumi aksara,2001)h.200
E.HARAPAN
TERAKHIR
Menurut aristoteles,hidup dan
kehidupan ini berasal dari generatio spontanea,artinya kehidupan itu terjadi
dengan sendirinya.Ia belm sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada
dibumi dan jagad raya berasal dari Tuhan.Dalam hidup didunia,manusia dihadapkan
pada persoalan-persoalan yang beragam.Untuk menghadapi persoalan-persoalan
hidup,manusia belajar dari manusia lain,baik informal maupun formal agar
kehidupnya dapat lebih sejahtera.
Manusia
meiliki kebutuhan jasmani,diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang
bersifat kebendaan,sedangkan kebetuhan rohani dicukupi dengan hal-hal yang
sifatnya rohani,khususnya keagamaan.Islam mengajarkan manusia tidak hanya
mengejar kebutuhan yang bersifat duniawi saja,tetapi juga bersifat
ukhrowi.Dengan demikian orang harus memikirkan soal-soal yang bersifat dunia –
akhirat.Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama semakin yakinlah mereka
bahwa semua manusia akhirnya akan mati .
Pada
bangsa primitif diyakini bahwa kehidupan sesudah didunia masih memerlukan
kebutuhan seperti dunia,karena itu jenazah dilengkapi denga
kebutuhan-kebutuhan.Dalam ajaran islam jenazah hanya dibungkus dengan kain
kafan dan diletakkan langsung ditanah agar secepatnya kembali pada tanah,innalillahi wa inna ilaihi rojiun.
Bagi
orang atheis dengan pandangan materialistis mereka tidak percaya akan adanya
Tuhan.Mati bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan tetapi jantungnya berhehnti
berdenyut,sebaliknya bagi orang theis percaya kepada Tuhan dan meyakini bahwa
seseorang yang meninggal itu karena rohnya kembali kepada Tuhan.Mereka yakin
bahwa kebahagiaan yang diharapkan adalah kebahagiaan akhirat sehingga mereka
yang makin tua dansadar bahwa hidupnya tidak lama lagi memprsiapkan diri untuk
menghadapi kematian yang merupakan pintu memasuki dunia akhirat.
Dalam
QS.Ali imron (3:185),Allah berfirman ,”Setiap nafsin akan merasakan
mati,...Jadi setiap individu akan mengalami kematian.Dan karena setiap manusia
memiliki keturunan maka setiap manusia memberikan warisan dan berharap
keturunannya menjadi lebih baik.Itulah harapan terakhir manusia.
BAB III
PENUTUP
A.SIMPULAN
Manusia dan harapan itu ibarat ruh
didalam tubuh manusia,tanpa harapan atau cita – cita manusia bagaikan mati
sebelum ajal.Artinya semua manusia pasti mempunyai harapan,entah itu
diungkapkan atau tidak.Jadi harapan itu sifatnya manusiawi dan ada pada setiap
pribadi manusia.Intinya manusia dan harapan adalah satu ,tidak akan terpisah.
B.SARAN
Dengan mempelajari ilmu budaya dasar
kita bisa mengetahui apa yang tidak pernah kita tahu pada pribadi kita.Didalam
ilmu budaya dasar kita mempelajari suatu bab tentang manusia dan harapan,yang
membahas tentang harapan,keyakinan dan sebagainya.Dari situlah kita tahu bahwa
manusia dan harapan adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan dengan
mempelajari itu kita menjadi orang yang optimis.Maka dari itu mempelajari ini
adalah hal yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa,Ahmad.Drs.H.1999.Ilmu Budaya Dasar.Bandung.Pustaka setia.
Widhagdo,Joko.2001.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta.Bumi Aksara.
http://bulansabil.blogspot.co.id/2014/12/makalah-manusia-dan-harapan.html

Komentar
Posting Komentar